2019 ~ Museum Dan Monumen Pusat Disjarahad







Menelusuri Sejarah Bernuansa Digital di Museum TNI AD Dharma Wiratama




Musmonpus, Beragam cara menikmati Yogyakarta, tak hanya dengan pemandangan alam ataupun kulinernya. Kini, masyarakat dapat menikmati kota pelajar dengan tambahan wawasan sejarah, salah satunya ialah dengan berkunjung ke museum TNI AD ‘Dharma Wiratama’.

Baca Juga :


Museum yang berlokasi di Jalan Jenderal  Sudirman 75 Kota Yogyakarta ini memiliki beragam koleksi, salah satu yang unik ialah weapon box.

M Daldiri Dwi Purnomo selaku Kepala Bagian museum mengungkapkan, koleksi itu menjadi salah satu yang membuat pengunjung tertarik, karena tergolong langka dan hanya ada tiga di dunia.

“Weapon box ini adalah koleksi yang hanya ada tiga di dunia yang punya, termasuk di Indonesia. Selain itu ada juga di Jerman dan Kanada. Terdiri dari 745 senjata, yang merupakan visualisasi dari para pejuang yang dulu menggunakannya untuk melawan penjajah,” ucapnya, Jumat (4/10/2019).

Dahulu museum ini merupakan markas besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang merupakan cikal bakal TNI.Di tempat ini juga diselenggarakan Konferensi TKR pada 12 November 1945 yang menunjuk Panglima Besar Jenderal Sudirman sebagai pimpinan tertinggi Angkatan Perang pada saat itu dengan didamping Kepala Staf Letjen Urip Sumoharjo.

Selain menjadi markas besar TKR, museum ini juga menjadi Markas Korem 072/Pamungkas Kodam VII Diponegoro dan saksi sejarah peristiwa G 30S/PKI.

“Karena memiliki nilai sejarah yang tinggi, museum yang buka mulai pukul 08:00 – 15:00 itu dilestarikan hingga saat ini,” imbuhnya.

Menurut Daldiri Dwi Purnomo, mulai tahun 2017, museum ini telah didigitalisasi sehingga para pengunjung lebih mudah mendapatkan berbagai informasi melalui sajian visual dengan digital box. Tentu hal ini membuat pengunjung semakin ramai setiap harinya.

Sementara itu, Istiana, salah seorang pengunjung berharap museum ini bisa dikunjungi bukan hanya oleh masyarakat sekitaran Jogja, akan tetapi bisa masyarakat internasional, sehingga museum ini bisa lebih dikenal oleh masyarakat luas.

“Suatu saat turis-turis dapat berkunjung ke sini,” ungkap, Istiana.

Berbagai upaya juga telah dilakukan oleh pihak museum untuk mendekatkan diri dengan masyarakat, salah satunya ialah dengan adanya kegiatan OjoLaliSarapan yang merupakan kegiatan makan pagi bersama masyarakat setiap Jumat pagi.

Dilansir dari :
https://rri.co.id/yogyakarta/feature/729606/menelusuri-sejarah-bernuansa-digital-di-museum-tni-ad-dharma-wiratama
Share:

Jalan-Jalan Pagi Keliling Museum TNI AD Bergaya Milenial di Yogyakarta



Musmonpus, Yogyakarta Banyak cara menyambut pagi. Tidak melulu dengan melihat matahari terbit dari puncak bukit atau menikmati pemandangan alam. Sebagai Kota Pelajar, Yogyakarta memiliki beragam cara berbeda menyambut pagi. Salah satunya, berkunjung ke Museum Pusat TNI AD.

Baca Juga :

Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman Yogyakarta. Museum yang baru saja dibuka kembali pada Desember tahun lalu ini terbuka untuk umum dan gratis. Museum berbasis IT milik TNI AD ini buka setiap hari dari pukul 08.00 sampai 15.00 WIB.

Jangan dibayangkan tempat ini hanya memajang patung, menempel foto di dinding, dan melahirkan suasana sunyi layaknya kebanyakan museum. Tidak ada diorama konvensional di tempat ini. Namanya berbasis IT, sudah pasti museum ini menghadirkan ruang pamer yang sarat kecanggihan teknologi.

Interiornya yang dinamis juga membuat museum ini seolah-olah menarik pengunjung ke masa silam. Ada belasan area yang menjelaskan setiap peristiwa bersejarah yang berkaitan dengan TNI AD di tempat ini.

Masuk ke area lobi, pengunjung bisa melihat koleksi museum berupa lukisan dan foto pejabat Kasad serta mural awal terbentuknya TNI. Multimedia digital book menjadi pelengkap area pamer ini yang menjelaskan gambaran umum museum dan profil TNI AD.

Di sisi timur lobi museum, terdapat ruang pameran koleksi Panglima Besar Jenderal Sudirman. Ruangan ini juga merupakan ruang kerja Sudirman saat menjabar sebagai Panglima Tertinggi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Kursi kerja, merja kerja, kursi dan meja tamu, pesawat telepon, dan foto-foto Sudirman dipamerkan di ruangan ini. Tidak ketinggalan, selalu ada multimedia digital book yang menjelaskan biografi Sudirman dari lahir sampai wafat.

Di sisi barat lobi museum, terdapat ruang pameran koleksi Letna Jenderal Urip Sumoharjo. Sama seperti Sudirman, ruangan ini juga dipakai Urip Sumoharjo saat menjabat sebagai Kepala Staf TKR.

Memasuki ruang pameran, pengunjung akan disambut rekayasa multimedia Holoscreen Virtual Display Selamat Datang. Multimedia ini akan memberikan gambaran secara garis besar tata pameran koleksi museum yang mengadopsi teknologi hologram.

Di area ini, pengunjung juga bisa mendapat informasi soal sejarah lahirnya TNI AD, dari berbentuk KNIL, BKR, TKR, TRI, sampai akhirnya menjadi TNI. Tempat ini juga memamerkan koleksi awal terbentuknya TNI AD berupa artefak asli yang didukung informasi grafis dan mural.

Area ini juga terbagi menjadi delapan bagian yang menjelaskan peristiwa delapan palagan, meliputi Palagan Semarang, Surabaya, Ambarawa, Bandung, Medan, Bali, Palembang, dan Makassar. Ada pula area Serangan Umum 1 Maret 1949 yang berisi infografis dan artefak. Selain penjelasan dari digital book, peristiwa ini juga dijabarkan melalui film dokumenter.

Area selanjutnya adalah area markas pejuang. Area ini menjadi tempat favorit pengunjung karena mereka bisa terlibat langsung dalam permainan augmented reality. Teknologi ini memungkinkan pengunjung melakukan simulasi di masa perjuangan.

Di wahana ini pengunjung bisa merasakan menjadi pejuang yang bertugas di dapur sampai medan perang. Pengunjung seolah-olah berada di suasana masa lalu. Permainan ini juga dilengkapi Kinect selfie sehingga pengunjung bisa berfoto dengan latar belakang masa perjuangan.

Pada awalnya, gedung Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama adalah Markas Korem 072/Pmk Kodam VII Diponegoro. Semasa pemerintahan Hindia Belanda, bangunan seluas 1.564 meter persegi ini merupakan tempat tinggal pejabat perkebunan Belanda di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Saat pendudukan Jepang, gedung itu dipakai seagai kediaman residen Jepang di daerah Yogyakarta. Pasca proklamasi kemerdekaan, sejumlah peristiwa penting terjadi di gedung itu, antara lain, pernah dijadikan markas tertinggi TKR dan tempat penyusunan markas besar TKR oleh Letjen Urip Sumoharjo yang menjadi cikal bakal TNI.

Selain itu, di markas ini untuk pertama kali terpancar kesatuan komando ke seluruh wilayah Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang kembali terancam Belanda. Di tempat ini juga untuk pertama kali diselenggarakan Konferensi TKR yang memutuskan pucuk pimpinan tertinggi angkatan perang yakni Jenderal Sudirman.

“Karena baru dibuka belum banyak orang tahu tentang museum ini yang sudah berbasis digital, jadi kami berusaha mempromosikan lewat kegiatan rutin, salah satunya sarapan bareng dengan masyarakat setiap Jumat pagi,” ujar Kapten Caj Yanti Murdiani, Kepala Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama, beberapa waktu lalu.

Ia mengungkapkan museum di Yogyakarta ini menjadi pilot project museum TNI AD berbasis IT dan rencananya akan diikuti dengan pengembangan lima museum TNI AD yang sudah ada di daerah lainnya.

Dilansir dari :
https://www.liputan6.com/regional/read/4053901/jalan-jalan-pagi-keliling-museum-tni-ad-bergaya-milenial-di-yogyakarta
Share:

Kadisjarahad Gelar Silaturahmi






Kadisjarahad Brigjen TNI Eddy Syahputra Siahaan, S.Ip., M.M., menggelar silaturahmi dengan putra-putri Pahlawan Revolusi di Museum Sasmita Loka Ahmad Yani, Jakarta Pusat, Rabu (27/3/2019).
Share:

Total Tayangan Halaman

FANPAGE